Yummy... This is it... #ala chef elvina azirize (ooops... ala chef farah quinn maksutna)
Bukan suatu kebetulan atau iseng, saya ngeblog hari ini soal culinary, yup pasalnya beberapa hari belakangan ini gejolak jiwa dan hati saya super duper inginnnnnn banget ngikut perKULIAHAN KULINER
(yakh KULIAH saudara-saudara, bukan kursus ya saudara-saudara).
Keinginan ini bukan tanpa alasanya, pasalnya sejak kehilangan papa karena sakit cancer'na, sebisa mungkin aku menjaga kehigienisan makanan yang aku dan keluarga ku konsumsi setiap harinya, yah walaupun belum 100% higienis setiap harinya, tapi dari dalam hati aku ingin menjaga kesehatan orang-orang terkasihku dengan makanan - makanan higienis...
Untuk saat ini jika kita berhitung dari angka 1-10 kemampuan masak-memasak, saya berada di posisi 0 saudara - saudara... Bagaimana tidak ??? Minggu lalu saya memasak tumis tuna dan sapo tahu untuk ade-ade, well masakanya jadi, soal rasa ya so so lah ya.... Namanya juga belajaran, tapi kerempongan waktu memasakan bikin aku malu sendiri. Ketika sapo tahu aku masukin ke penggorengan *sreng...* denger suaranya saya udah mundur jauh-jauh dari penggorengan itu, nga lama peletikan-peletikan minyak itu muncrat (apa ya basa indonya muncrat???! maaf sodara-sodara belepotan bahasa indonesia saya)
and then, teriak-teriak lah aku ke ade cowo kecilku si Yohan untuk bantu goreng dan matiin komporna.
Hal-hal seperti ini sering kali terjadi, hahaha...
Lain cerita lagi beberapa hari yang lalu, saat berlibur ke Bali, ketika breakfast di hotel aku buatin si Julio roti bakar, dan ternyata apa yang ternyata terjadi saudara-2??
Roti bakarnya gosong saudara-saudara . .
Untuk cerita lengkap, saya pos di episode berikutnya ya saudara-saudara

Bagaimana perasaan anda melihat roti gosong ini saudara-saudara ?? Miris ya...
Hahahaa, ini baru roti yang dipanggang lo bukan cake atau cookies yang bener-bener bikin dari 0....
Dan, alasan lain selain keHygienis'an makanan adalah aku merasa benar-benar menjadi wanita ketika aku bisa memasak. Jika boleh berandai-andai setinggi bintang disurga, dari hati terdalam inginnnnn banget rasanya suatu hari ketika aku jadi istri orang (amin, semoga bersamamu ya pak Julio), pengen deh tiap hari masakin sarapan, terus malemnya masakin makanan lain yang dimakan sama-sama dengan menu berbeda dari yang pagi. Bisa buatin suami dan anak-anak makanan-makanan favoritenya mereka yang bisa kita nikmatin sama-sama setiap harinya.
Bisa bikin kue ulang tahun sendiri ketika anniversary apapun.
Pengen banget buat laki'ku nantinya bangga dan bahagia saat kita bareng-bareng.
Nga harus telpon mc.D atau pizza hut malem-malem ketika laper, nga harus makan di warteg ketika jam makan siang, dan nga harus pergi kerja tanpa sarapan.
Itu keingin dari dalem hatiku.
Ngga mungkin kan setiap harinya keluargaku kelak cuman makan mie instan dan instant food lainya...
Tapi sayangnya, setalah aku ijin sama Julio soal keinginan ku sekolah kuliner ini, beliau tidak setuju kurang setuju dengan keinginanku ini, dikarenakan waktu yang terbuang habis setiap harinya dari pake ampe siang, belum lagi ntar praktek-praktek sorenya dan tugas-tugas lainya, serta harus memakan waktu minimal 1 taon dan maksimal 3 taon untuk sekolah kuliner ini.
Laki ku lebih setuju untuk saya ambil kursus-kursus masak saja yang bersifat lepasan dan tidak terikat.
Well, ya sudah saya ikut-in saja keputusan dari Pak Julio, semoga someday dapat ketok palu dari Pak J ya.
#wish (masih ada sisa waktu beberapa hari lagi sebelum penutupan pendaaftaran, semoga dapat ketok palu)
Overall, diijinkan atau tidak saya tetep nerima saja, dan bersyukur karena mau menerima ku dengan kekurangan dan segalan kelebihan berat badan ku. Terima kasih sayang, Love you...
Kenapa sekolah kok nga kursus aja siii???
Karena saya nga mau setengah-setengah, saya bukan type orang yang suka belajar sebenernya, dan selama ini bidang craft yang saya punya, puji Tuhan semua otodidak termasuk dalam hal design. Karena craft n art adalah passion saya, sementara untuk dunia culinary adalah hal yang baru bagi saya, dimana saya belum bisa membedakan kunyit dan kunci, lada dan ketumbar, tapi saya syukuri saya masih membedakan mana bawang merah dan mana bawang putih... hahahaaha...
Kalau kursus hanya diberi kan resep, yang notabene kita harus bikin sesuai dengan resep2 tersebut tanpa ada tips dan cara-cara tepat membuatnya..
Akhir kata . .
Saya boleh berencana, akhir kata Pak Julio dan Tuhan yang menetukan
(ha ha ha)
Amin . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar